Kamis, 24 Juli 2008

KEGIATAN BLM I (..............1)

KEGIATAN LINGKUNGAN

Proses pembelajaran masyarakat untuk menanggulangi masalah kemiskinan dilakukan melalui praktek langsung di lapangan oleh masyarakat sendiri dengan melaksanakan apa yang sudah direncanakan dalam Program Jangka Menengah dan Rencana Tahunan Program Penanggulangan Kemiskinan, dengan dukungan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM).

Harapannya adalah melalui praktek langsung dengan pancingan dana BLM tersebut, masyarakat secara bertahap belajar menumbuhkembangkan keberdayaan dalam tiga aspek, yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat akan menghadapi berbagai persoalan, dimana tidak setiap persoalan dapat diselesaikan secara individu, seringkali justru cukup banyak persoalan yang perlu diselesaikan secara bersama-sama. Ketika persoalan diselesaikan dengan banyak orang, dimungkinkan muncul banyak gagasan, sehingga akan banyak alternatif pemecahan. Hal ini sejalan dengan pemikiran bahwa pada dasarnya warga masyarakat mempunyai niat baik untuk membantu sesamanya, sehingga masalah yang dihadapi oleh orang-per-orang akan dirasakan sebagai persoalan bersama. Di samping itu, pada dasarnya setiap orang juga mempunyai motivasi, pengalaman, serta potensi-potensi yang beragam, yang pada umumnya belum digali dan dimanfaatkan secara maksimal. Jika hal tersebut dihimpun dalam suatu ikatan kelompok, maka akan menjadi kekuatan besar yang bisa digunakan dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Diibaratkan seikat sapu lidi, maka jika satu lidi saja, potensi dan manfaatnya sangat kecil serta gampang dipatahkan, akan tertapi ketika sejumlah lidi diikat menjadi sapu lidi, maka menjadi lebih kuat serta lebih bermanfaat.

Untuk kegiatan lingkungan, pada BLM tahap I ini, Kelurahan Karang Jaya terdapat 14 titik kegiatan yang kesemuanya diberikan tanggung jawab kepada KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Pembentukan KSM pada dasarnya menjadi bagian dari proses belajar masyarakat dalam pengorganisasian kelompok, yaitu menggambarkan serangkaian kegiatan untuk membangun kelompok-kelompok swadaya masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat sendiri, sehingga tumbuh ikatan kebersamaan yang cukup kuat, sebagai sarana menumbuhkan solidaritas dan kepedulian di antara masyarakat, serta tempat belajar bersama dalam memecahkan persoalan-persoalannya secara mandiri.

Dana BLM yang dialokasikan untuk kegiatan lingkungan tentunya sangat minim untuk dapat membangun kegiatan fisik atau lingkungan. Untuk itulah diperlukan swadaya masyarakat, yang dikoordinir langsung oleh KSM. Swadaya tidak harus berbentuk sumbangan tunai, tetapi lebih dari itu. Tenaga ataupun hal lainnya yang bisa dilakukan masyarakat dalam mendukung pengerjaan kegiatan lingkungan ini dapat disebut sebagai swadaya.

Karena setiap sesuatu tidak hanya dilihat dari hasil akhirnya saja, tetapi bagaimana proses itu berjalan. Tingkat kepedulian masyarakat, dukungan dan kebersamaan dalam melaksanakan kegiatan itulah yang paling penting, dan disinilah inti dari program P2KP ini. Sehingga dalam pelaksanaannya pun keterlibatan masyarakat tetap harus dibangun. Dan inilah yang ditemui di lapangan selama kegiatan lingkungan ini berlangsung. Partisipasi dan keterlibatan warga masyarakat dalam bergotong royong mengerjakan kegiatan yang di usulkan sangat tinggi. Siapa lagi yang mau membangun lingkungan kita kalau bukan kita sendiri sebagai warga masyarakat yang tinggal di sini.

Adapun dana yang dialokasikan khusus untuk kegiatan lingkungan ini sebesar Rp. 56.000.000 dan telah dicairkan kepada 14 KSM lingkungan di 14 titik kegiatan. Adapun perincian alokasi dana Rp. 56.000.000 tersebut adalah sebagai berikut :

Jalan Setapak KSM Simpati : Rp. 3.850.000

Drainase KSM Maju Jaya : Rp. 4.500.000

Drainase KSM Tunas Jaya : Rp. 4.050.000

Jalan Setapak Abdi Jaya : Rp. 3.660.000

Rehab Jembatan Glatik Jaya : Rp. 5.736.000

Drainase KSM Wong Kito Galo : Rp. 4.420.000

WC Umum KSM Akor Jaya : Rp. 3.025.000

WC Umum KSM Mulia Jaya : Rp. 4.143.000

WC Umum KSM Setia Jaya : Rp. 3.850.000

WC Umum KSM Usaha Jaya : Rp. 3.917.000

Pengadaan saluran air bersih KSM Peduli Warga : Rp. 2.000.000

Drainase KSM Belut Sawah : Rp. 5.405.000

WC Umum KSM Rajawali : Rp. 3.791.000

WC Umum KSM Sahabat : Rp. 3.653.000



Bersambung.....


Rabu, 23 Juli 2008

PROSES PEMBENTUKAN BKM

Dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Karang Jaya, masyarakat kelurahan sepakat membentuk wadah/organisasi masyarakat warga (OMW) yang diistilahkan dengan nama BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat). Melalui rembug warga kelurahan, pada tanggal 11 Nopember 2006, yang dihadiri oleh 51 orang sebagai perwakilan masyarakat ditingkatan basis, disepakati nama BKM Harapan Jaya.

Sesuai dengan namanya, bahwa organisasi ini berlandaskan keswadayaan, artinya BKM Harapan Jaya tidak mendapatkan imbalan materi (baca;gaji) dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan untuk mengemban amanah warga masyarakat kelurahan.

Dalam proses yang demokratis, tertutup tanpa kampanye dan unsur lobian, akhirnya dalam rembug proses pembentukan BKM Harapan Jaya tersebut, terpilih 13 orang sebagai Pimpinan Kolektif, yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 4 orang perempuan dengan latar belakang dan status sosial yang berbeda. Setelah ke-13 Pimpinan Kolektif terpilih, selanjutnya dilakukan pemilihan Koordinator BKM dalam proses voting yang tertutup oleh para anggota Pimpinan Kolektif terpilih, karena setiap Pimpinan Kolektif mempunyai peluang yang sama sebagai koordinator. Untuk saat ini, Koordinator BKM Harapan Jaya, dipercayakan kepada Leni Andriani. S.

Dalam rembug tersebut juga dibahas dan disepakati visi, misi dan tujuan yang tertuang dalam anggarana Dasar BKM sebagai Pimpinan Kolektif.

Adapun Visi BKM Harapan Jaya adalah:

”Dengan semangat gotong-royong dan kebersamaan, kita wujudkan Karang Jaya Berseri (Bersih Sehat-Sejahtera Rapi dan Indah)”

Dan di dalam mewujudkan visinya BKM Harapan Jaya mempunyai Misi :

  1. Menciptakan Karang Jaya sehat dan sejahtera
  2. Menumbuhkan peran serta dan keterlibatan perempuan
  3. Mengupayakan peningkatan pendidikan masyarakat Karang Jaya
  4. Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk hidup mandiri

Sedangkan di dalam upaya penanggulangan kemiskinan di kelurahannya, BKM Harapan Jaya mempunyai dan memfokuskan kegiatannya pada :

  1. Mengupayakan masyarakat Karang Jaya cerdas dan berakhlak luhur dengan peningkatan sisi pendidikan
  2. Membantu peningkatan penghasilan masyarakat kurang mampu serta melibatkan peran serta perempuan
  3. Menciptakan masyarakat Karang Jaya sadar akan kebersihan agar menjadi masyarakat sejahtera dan sehat dengan berusaha memerangi berbagai bentuk penyakit menular, antara lain; malaria, demam berdarah, HIV/AIDS dan lainnya
  4. Melakukan perbaikan aspek fisik serta menjamin keberlanjutan kegiatan lingkungan yang bersih dan sehat yang dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat miskin
  5. Mengembangkan jaringan atau kemitraan dengan pihak lain

Untuk memperkuat keberadaan BKM Harapan Jaya sebagai implementasi masyarakat kelurahan, maka pada tanggal 1 Desember 2006 dicatatkan di Akta Notaris Dian Saraswati, SH dengan Nomor 197/DAFT/2006.

Untuk membantu tugas dan fungsinya, maka BKM Harapan Jaya mengangkat perangkat organisasi sebagai berikut:

  1. Sekretariat, diangkat sebagai unsur pelaksana harian bekerja purna waktu dan tidak diangkat dari dan atau merangkap sebagai anggota Pimpinan Kolektif BKM serta unit-unit pengelola BKM.
  2. Unit Pengelola Keuangan (UPK), diangkat untuk mengelola keuangan BKM.
  3. Unit Pengelola lainnya, diangkat untuk mengelola kegiatan khusus seperti Unit Pengelola Lingkungan (UPL), Unit Pengelola Sosial (UPS), dan Unit-unit yang lain dibentuk sesuai kebutuhan.
  4. Unit pengelola pengaduan masyarakat (UPM), diangkat untuk menangani pengaduan masyarakat yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan di Kelurahan bersangkutan. Dan saat ini, UPM masih ditangani oleh sekretariat BKM sebagai unsur pelaksana harian untuk mempermudah pelaksanaan di lapangan.

Dalam pelaksanaan di lapangan, perangkat organisasi BKM Harapan Jaya terjadi pergantian posisi sebagai akibat tuntutan kegiatan yang membutuhkan kemampuan personal namun tidak merubah komposisi sumber daya yang ada. Artinya, personal yang terlibat adalah tetap, hanya perubahan dan pertukaran posisi dalam unsur organisasi tersebut.

PENGANTAR

Niat baik tanpa disertai dengan usaha dan kerja keras akan terlihat sis-sia adanya. Namun meski begitu niat baik sudah mendapatkan satu kebaikan disisi Allah SWT, kendati belum bisa terealisasikan.

Pernyataan diatas kadangkala menjadi dalih di masa sekarang yang katanya jaman kebebasan, untuk mensamarkan kegagalan dalam mengemban amanah. Banyak yang mengumbar janji, tetapi sayang setelah berhadapan dengan realita yang ada, dimana begitu beratnya tindihan gunung rintangan, serta kuatnya angin hambatan, maupun sejuk dan lembutnya embun godaan, akhirnya kegagalan jugalah yang diraih, bahkan terjadi penghianatan terhadap niat dan nilai luhur.

Kami, BKM Harapan Jaya, ingin berteriak bahwa kami bukan sang penghianat itu. Tetapi kami sadar penilaian diri sendiri sangatlah subjektif dan tidak dapat dijadikan sebuah ukuran. Kami hanya mampu melakukan apa yang dapat kami lakukan sesuai dengan apa yang di amanahkan masyarakat, dan tidak bermaksud menyia-nyiakan amanah yang ada di pundak kami. Kami sudah belajar dan terus berusaha untuk mencurahkan yang terbaik yang kami miliki untuk kemajuan Karang Jaya ini. Namun sekali lagi, kami mohon maaf jika hasil yang diperoleh hanya sebatas ini. Objektivitas sepenuhnya milik masyarakat luas dalam menilai dan menyikapi apa yang sudah kami usahakan.

Niat baik dalam meningkatkan kualitas dan peran serta masyarakat, didalam akses informasi dan transparansi telah kami coba dalam blog ini dan kami usahakan semaksimal mungkin demi terjalinnya komunikasi dan saling asah, asih dan asuh antar warga di lingkungan Kelurahan Karang Jaya. Namun karena masalah pendanaanlah yang membuat kami (BKM) terpaksa menlayoutnya seminimal mungkin tanpa mengurangi substansi yang ada.

BKM Harapan Jaya, juga mengingatkan pentingnya rasa kepedulian, gotong-royong dan rasa memiliki antar sesama warga. Karena apa?? Dengan itulah Kelurahan kita bisa maju dan berkembang, dengan di balut sikap saling percaya, mendukung dan bekerjasama demi kemajuan dan jayanya Kelurahan kita. Seperti apa yang ada di majalah ini. Gotong-royong dan rasa memiliki dengan kebersamaan serta rela berkorban menjadikan kegiatan yang kita laksanakan menjadi penuh warna. Oleh karena itu melalui rubrik yang ada, kami seakan ingin berteriak “Beruntunglah Kita Menjadi Warga Karang Jaya!!!”

Demikianlah niat baik yang kami titipkan saat ini. Semoga Allah SWT tidak hanya menilai sebagai niat baik, tetapi niat yang sudah diimplementasikan dan diejawantahkan dengan baik, walaupun kami menyadari masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu permintaan maaf atas segala kekurangan, kami harap tidak membuat masyarakat merasa puas. Tetapi masukan serta bimbingan yang kami harapkan sebagai pembelajaran demi kemajuan Karang Jaya ke depan. Jayalah Karang Jaya, Jayalah BKM Harapan Jaya.

Sabtu, 19 Juli 2008

SAMBUTAN LURAH KARANG JAYA

Indonesia di era 80-an adalah salah satu negara yang diperhitungkan, baik oleh negara yang telah maju maupun negara yang sedang berkembang. Tetapi memasuki era atau jaman millenium, nasibpun berbicara lain. Indonesia mulai bergejolak dan krisispun mulai menggoncang kita. Baik krisis ekonomi, politik bahkan krisis multi dimensi. Pada puncaknya, yakni tahun 1997, Presiden Soeharto diturunkan. Indonesia pun memasuki babak baru yakni era Reformasi.

Diawali pemerintahan Presiden Habibie membuat program untuk mengurangi jumlah penduduk miskin yang setiap waktu terus bertambah. Mulai dari Program Raskin, Bantuan Langsung Masyarakat dan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), yang pada tahun 2006 masuk di Kota Palembang, termasuk didalamnya Kelurahan Karang Jaya.

Kelurahan Karang Jaya yang masuk wilayah Kecamatan Gandus pun langsung menerima dan melaksanakan program ini yang di kelola dalam wadah BKM Harapan Jaya, dan berusaha memberikan hasil yang terbaik bagi warga di kelurahannya. Dengan di koordinator-i oleh ibu Leni Andriani.S, banyak harapan yang dititipkan di pundak BKM agar martabat masyarakat Kelurahan Karang Jaya dapat terangkat, paling tidak dapat berusaha dengan kemampuannya sendiri yang disinergikan dengan P2KP dalam wadah BKM Harapan Jaya. Artinya masyarakat tidak lagi mempunyai ketergantungan dengan orang lain, tetapi dapat berusaha sendiri (mandiri) di bawah binaan BKM Harapan Jaya. Atau dengan kata lain, dalam skala kecil masyarakat dapat berusaha sendiri dan dalam skala besar masyarakat dapat bekerjasama dengan kelompok usaha lainnya serta dapat merekrut tenaga kerja di lingkungan sekitar.

Akhirnya, kita mengharapkan semoga BKM Harapan Jaya selalu mengedepankan persatuan dan mengesampingkan perbedaan. Dan juga diharapkan program-program berikutnya lebih bermanfaat dan menyentuh lapisan masyarakat di Kelurahan Karang Jaya. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Amin Ya Robbal ‘Alamin.


Andes Surya Jaya, SH

KEADILAN UNTUK SI MISKIN ???


Kepercayaan lama kalau kekayaan kadangkala sebuah bingkisan gratis yang ditimpakan kepada orang bernasib mujur. Kekayaan di negeri dimana penduduknya ada yang kelaparan ini memang terasa angkuh dan sombong. Tetapi memang salah satu syarat untuk kaya di negeri ini adalah tidak mempunyai rasa malu yang memang sudah lenyap dalam khasanah pemilik kekayaan. Orang miskin bukan hanya terlunta tetapi bisa menjadi korban bualan para penguasa yang merangkum kemiskinan dalam sederet label kemudian dikalkulasi dalam jejeran angka. Dikelilingi oleh kondisi muram itulah, maka orang miskin lebih tepat untuk dijadikan judul buku, nyanyian atau bahkan sampul atau tajuk sebuah program. Mereka cukup disentuh dengan aksara bukan aksi, layaknya doa yang kerap dilantunkan oleh orang miskin.

Saya pernah menghadiri acara (uniknya sebuah acara dengan tajuk kemiskinan) dengan kawan-kawan di sebuah hotel yang lumayan mewah, yang selalu membuat saya kelihatan tampak jadi manusia primitif, kuno, bahkan bego, karena sulit mencerna, menerima dan memakai instruksi. Di sebuah hotel dimana banyak terdapat kamar dengan dijejali manusia-manusia berduit yang dengan enaknya tidur diatas kasur empuk, padahal dikanan-kiri hotel banyak orang miskin yang musti tidur berdempetan. Pengalaman di hotel itulah yang membuat saya bukan hanya sekedar yakin bahwa kaya itu nikmat tetapi sekaligus paham bahwa ternyata orang kaya itu banyakkkkk...

Seringnya kemiskinan dijadikan seminar, lokakarya di hotel berbintang atau ceramah, makin membuat kemiskinan menjadi topik dan bahan diskusi ketimbang menjadi elemen penting dari gerakan sosial. Ada memang beberapa kelompok yang terlibat dalam pembelaan orang miskin, tetapi tak sedikit yang menjadikan orang miskin hanya semata-mata bagian dari program. Ironis memang, menjual orang miskin untuk memperkaya diri sendiri dengan balutan topeng dan lipstik perbaikan derajat si miskin. Makanya, kemiskinan lebih baik dijadikan bualan di forum seminar atau pelatihan ketimbang sebuah aksi nyata untuk sebuah maha karya yang secara langsung menyentuh si miskin. Toh kemiskinan tak akan berkurang jika hanya sebatas seminar dan diskusi yang malah menghabiskan lembaran rupiah yang tentu akan sangat bermanfaat bagi si miskin. Jadi, dimanakah keadilan di negeri ini? Dimanakah keadilan bagi si miskin ini?

Pertanyaan selanjutnya, apa yang menyebabkan kita enggan untuk menanggulangi kemiskinan? Tentunya ada banyak jawaban, tetapi yang utama adalah kita tak punya konsep. Berulang-ulang program penanggulangan kemiskinan dikerjakan tetapi nasibnya sama dengan pembasmian penyakit musiman yang sewaktu-waktu bisa mewabah lagi. Kemiskinan akan tumbuh merata karena program yang dikerjakan hanya usaha yang melibatkan institusi tertentu. Program yang tidak melibatkan banyak pihak, terutama si miskinnya sendiri akan menciptakan kemiskinan dalam bentuk lain. Dan sialnya memang, program kemiskinan selama ini tidak mengajak si miskin terlibat langsung dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi, dan hanya menjadikan si miskin sebagai objek.

Atau dengan kata lain, konsep aksi yang dikembangkan hanya berpijak pada pandangan yang terlalu teks book, banyak membaca buku soal kemiskinan bukan aksi nyata di lapangan. Kekacauan dalam penanggulangan kemiskinan ini bertolak dari pendefinisian yang belum strategis tentang apa yang disebut miskin dan siapa yang dikatakan miskin. Kerapkali mengatakan kalau kemiskinan berangkat dari kategori fisik saja. Sebenarnya begini, seseorang bisa jatuh miskin bukan semata-mata disebabkan tidak ada lowongan pekerjaan atau kemalasan, melainkan kebijakan yang tidak memihak. Mereka lupa bahwa kemiskinan bukan merupakan deretan teks melainkan suatu kebudayaan dan sistem yang berakar dari perilaku manusia itu sendiri.

Untuk itulah sebuah konsep penanggulangan kemiskinan (baca; P2KP) yang ada sekarang ini mencoba melibatkan si miskin untuk berperan langsung (baca; sebagai subjek), meskipun hasilnya belum dapat dilihat secara penuh dan nyata akibat dari paradigma lama dan kebudayaan beberapa institusi yang terlalu birokratif. Tetapi semoga ini sebuah proses dimana pembelajaran sedang dilakukan untuk mencari bentuk ideal tentang bagaimana program penanggulangan kemiskinan ini dikerjakan secara murni. Jika tidak, lagi-lagi si miskin akan sulit mencari keadilan di negeri sendiri.

Terima kasih mendalam untuk kawan-kawan saya, yang menjadi sumber hutang pada saat saya tak punya amunisi. Merekalah yang menjadi sumber penolong saya saat terjepit kesusahan. Selain itu saya juga mau bilang makasih pada kawan-kawan di Tim Faskel 1 yang membuat proses di P2KP yang kita jalani tidak hanya ”mencerdaskan” tetapi juga ”menakutkan”. Hal yang sama juga untuk teman-teman di BKM yang telah menjadi kawan diskusi, saya mengucapkan penghormatan yang terdalam. Tak ada yang dapat terucap selain ’alangkah mulia budimu meski kau berjuang melawan persepsi buruk wargamu’. Untuk teman-teman di jajaran P2KP, terimakasih khususnya pada Pak TL yang menjadi sumber inspirasi dan ilham saya berproses dan belajar dari pemikirannya. Juga asisten manajemen keuangan (mikrofinance) sebagai tempat belajar pembukuan yang selama hidup baru saya peroleh disini, trimakasih banget. Singkatnya, bersama mereka semua, saya belajar dan berproses, seiring kekuatan besar datang tanggung jawab besar, dalam membuat kehidupan menjadi mempunyai sisi manusiawi, yang berdedikasi tinggi karena dilampiaskan untuk pengorbanan kepada komunitas yang tersakiti (baca; si miskin).

Saya kemudian teringat hal seperti ini : ”Tidak akan tersucikan suatu umat selama si lemah tidak dapat menuntut dan memperoleh haknya dari si kuat tanpa rasa takut dan cemas”, yang selama ini masih belum terwujud di negeri ini. Di negeri yang katanya kaya, tetapi masyarakatnya terlunta, terpinggirkan dan menjadi bagian minoritas di kehidupannya.

Pesan utusan Tuhan yang akan selalu saya ingat, yang akan meneguhkan betapa pentingnya melindungi orang miskin dan melugaskan kembali mandat sebagai orang yang ingin perubahan. Pesan Rasulullah itulah yang menjadi roh untuk terus menghidupkan keberadaan orang miskin, dan saya seakan ingin melampiaskan pesan singkat : negeri ini takkan mungkin berubah selama keadilan hanya sebait mimpi dan sepenggal lagu atau ceramah. Rasa sayang dan limpahan terdalam untuk orang miskin yang saya kenal maupun yang kini bertahan hidup.

Dodo Pujakesuma